Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar Para Siswa MTs Al-Amanah Ciawi, Bogor

Upacara Bendera

Upacara Bendera
Kegiatan Wajib Upacara Bendera Dengan Seragam Putih-putih Yang Dilaksanakan Rutin Setiap Hari Senin.

Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka
Merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki visi, misi, arah, tujuan dan Pembentukan Karakter Melalui Kemampuan Berorganisasi.

2014/05/07

Bagaimana menjadi seorang guru yang profesional?


“Guru adalah peran yang sangat penting dalam peradaban manusia. Guru menjadi pencetak generasi penerus umat manusia. Guru mengajar dengan asal-asalan dan tidak profesional beresiko menghasilkan generasi penerus yang rusak dan selanjutnya akan menghancurkan peradaban masyarakat. Sehingga guru yang profesional mutlak diperlukan.”
Selain itu, dari sudut pandang Islam, profesionalisme adalah keharusan bagi tiap profesi dan pengampu amanah. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Jika urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”. Maka sebagai muslim, selayaknya kita berusaha profesional dalam setiap urusan termasuk jika kita berprofesi sebagai guru.

1. Meluruskan Niat
Dalam konsep Islam, niat adalah hal yang penting dalam setiap pekerjaan (amal), apakah itu amal ibadah, amal keseharian, maupun profesi. Rasulullah bersabda: “Amal-amal itu hanya bergantung kepada niatnya dan setiap orang yang beramal hanya akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya” (Riyadhus-Shalihin Bab I Hadits 1). Oleh karena itu, sebagai muslim kita harus meluruskan niat kita, termasuk dalam profesi kita sebagai guru. Niatkan hanya lillahi Ta’ala. Dengan niat yang ikhlas hanya untuk mencari redha-Nya, secara sukarela kita akan berusaha untuk meningkatkan kualitas pengajaran kita. Karena kita yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah untuk persembahan kepada Alloh sehingga kita mempersembahkan apa yang terbaik bagi kita.

2. Membetulkan Motivasi
Motivasi yang paling baik, sepengetahuan saya adalah melakukan sesuatu untuk aktualisasi diri. Secara sederhana, aktualisasi diri dirumuskan dalam kalimat: “do what you love and love what you do” atau “lakukanlah apa yang kamu sukai dan sukailah apa yang kamu lakukan”. Artinya, pekerjaan terbaik yang kita tekuni adalah yang kita sukai. Maka, sebelum memasuki profesi guru ada baiknya kita nilai, apakah kita mencintai kegiatan mengajar dan mendidik. Jika tidak sebaiknya kita tidak berkecimpung di profesi pendidikan.
Tetapi jika kita memang memiliki tekat untuk menjadi seorang guru atau pendidik, atau misalnya kita sudah terlanjur berkecimpung di profesi guru, maka kita bisa berusaha sedikit demi sedikit mencintai kegiatan mendidik dan mengajar tersebut. Para leluhur kita di Jawa meyakini bahwa rasa cinta itu bisa dipelajari. Kata mereka, “Witting tresna jalaran saka kulina” atau artinya adalah “Cinta itu datang karena karena sudah terbiasa/mengenal”. Maka kita bisa mulai menari tahu apa keuntungan kegiatan mengajar dan mendidik bagi kita, apa manfaatnya bagi orang lain, kemudian kita berdoa kepada Alloh agar menjadikan kita mencintai kegiatan mengajar. InsyaAlloh dengan usaha, lama kelamaan akan tumbuh rasa cinta pada profesi pendidikan.
Kenapa perlu rasa suka pada profesi guru jika ingin menjadi guru yang profesional? Karena jika kita telah suka pada suatu hal, kita akan sukarela mempersembahkan yang terbaik bagi hal tersebut. Jika kita suka mengajar, kita akan secara sukarela berusaha untuk mengajar dengan baik. Selain itu, jika kita menemukan kesulitan, kita tidak akan mudah patah semangat. Sehingga kita terus melakukan peninggakatan kualitas pengajaran menuju profesionalisme.

3. Mempelajari Materi Ajar Tanpa Henti
Menjadi guru bukan berarti berhenti dari belajar, terlebih materi yang diajarkan. Sebagai guru kita harus meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang materi yang kita ajarkan. Jika guru paham betul materi ajarnya, ia akan lebih mudah mencari penjelasan yang gamblang tetapi sederhana kepada muridnya. Selain itu guru yang faham betul meteri ajarnya akan mudah mencari perumpamaan-perumpaan nyata untuk mempermudah penjelasannya kepada murid. Murid tentu akan lebih mudah menangkap penjelasan yang sederhana daripada penjelasan yang njelimet.
Selain itu, guru juga harus mengikuti perkembangan-perkembangan terkini tentang materi yang diajarkannya (updating). Updating perkembangan terbaru tentang ilmu yang diajarkan akan meningkatkan dan memperdalam pemahaman guru tentang ilmu tersebut. Pengetahuan yang up to date juga akan menghindarkan guru dari penjelasan yang salah kepada murid. Selain itu, saat murid mencari bahan materi yang diajarkan dari sumber selain guru, misal dari internet atau dari buku, ia tidak akan menemukan penjelasan yang bertentangan dengan penjelasan gurunya.

4. Menerapkan Materi Ajar Dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengamalkan materi ajar maksudnya adalah menerapkan apa yang diajarkan kepada murid dan esensi ilimu tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari guru. Misal seorang guru yang mengajarkan PPKN, maka dalam kehidupan sehari-harinya guru tersebut harus menerapkan tenggang rasa, naisonalisme, kesadaran akan hak dan kewajiban. Mungkin ada pertanyaaan, lalu bagaimana dengan guru yang mengajarkan matematika? Yang perlu ia terapkan, selain melakukan penghitungan yang benar, juga mengenai cara berfikir matematis yang rasional, cara memecahkan masalah yang dalam matematika menggunakan jalan tertentu dengan runut dan terukur, dll.
Ilmu yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari akan melekat pada diri orang yang mengamalkannya tersebut, dalam istilah orang Jawa disebut ngelmu. Selain itu, penerapan ini juga akan menambah luas pemahaman dan kecintaan diri kepada ilmu yang diajarkan. Dengan kecintaan pada ilmu, guru akan secara senang menjelaskan ilmunya kepada murid dengan metode terbaik. Pemahaman yang luas akan sangat membantu guru dalam menjelaskan ilmu yang diajarkannya kepada murid. Selain itu, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi contoh nyata bagi murid dan contoh adalah pola pengajaran yang paling baik.

5. Mempelajari Metode Mengajar Yang Efektif
Para ahli pendidikan telah menemukan dan mengemukakan berbagai metode pengajaran yang efektif. Metode pengajaran yang baik ini tidak hanya terbatas pada metode pengajaran di dalam kelas, tetapi juga cara menjelaskan yang efektif (face to face), cara menjawab pertanyaan murid dengan efektif, cara mengoreksi kesalahan yang efektif, dll. Seorang guru yang ingin menjadi profesional tentulah perlu untuk mempelajari metode-metode ini dan menerapkannya di dalam kelasnya atau dalam situasi lain saat mengajar kepada murid-muridnya. Cara mengajar, mengatur situasi kelas, mengoreksi yang efektif, dll telah banyak dibahas di bidang ilmu Psikologi Pendidikan dan banyak buku atau artikel yang beredar tentang hal tersebut.

6. Mempelajari Murid Yang Diajar
Selain perlu mempelajari metode ajar yang baik, guru juga perlu mempejari aspek-aspek murid yang ia ajar. Pengenalan murid ini baik secara umum maupun secara individu/personal. Misal, seorang guru yang mengajar anak-anak remaja perlu tau semua aspek psikologis remaja secara umum, selain itu ia juga perlu mengenal karakter dan sifat masing-masing murid yang ia didik. Pengenalan ini akan lebih memudahkan guru dalam memilih metode interaksi, metode penjelasan, metode menjawab, saat ia berhadapan dengan muridnya. Selain itu, pengenalan ini akan lebih memudahkan guru dalam mengimproviasi teori metode mengajar efektif yang mungkin kurang cocok diterapkan pada muridnya dan ia bisa menemukan metode yang lebih efektif untuk mengajar murid-murinya.

7. Memperhatikan Akhlak Murid
Ilmu tanpa moral adalah buta. Pendidikan yang tidak mengindahkan akhlak peserta didik akan menghasilkan generasi penerus yang berpotensi menghancurkan peradaban masyarakat. Generasi yang suka minteri atau orang pintar yang membodohi orang lain untuk kepentingannya sendiri juga lahir dari pendidikan yang hanya mementingkan prestasi tanpa mengindahkan akhlak peserta didik. Maka, sebagai pendidik, guru perlu memperhatikan akhlak peserta didiknya. Tidak perduli materi ajarnya, apakah guru matematika, sejarah, fisika, guru tetap harus memperhatikan akhlak muridnya.
Selain itu, guru tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan materi ajar semata. Guru, jika ingin disebut profesional juga bertanggung jawab tentang kualitas penangkapan materi ajar oleh murid atau tingkat pemahaman murid. Imam Waqi’, guru Imam Syafi’i, rahimahumalloh mengajarkan Imam Syafi’i bahwa ilmu adalah cahaya Alloh yang tidak akan dianugerahkan kepada pelaku maksiat. Artinya, orang yang berakhlak jelek tidak akan mendapatkan ilmu dengan sempurna. Ia mungkin mendapatkan pengetahuan tetapi ia tidak akan menangkap esensi ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu penting bagi guru untuk memperhatikan akhlak muridnya. Memperhatikan tidak hanya mengawasi tetapi juga mendidikkan akhlak terpuji dan membetulkan jika terdapat akhlak tidak terpuji.

8. Menerapkan 7 Kiat di Atas
Langkah terkahir dan paling penting adalah menerapkan 7 kiat tersebut di atas setiap hari. Ilmu tanpa amal/penerapan seperti pohon tanpa buah, artinya kita tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut. Maka, setelah mengetahui kiat-kiat tersebut, kita harus segera menerapkannya. Mungkin di awal-awal kita akan merasa susah dan canggung. Mungkin juga saat awal menerapkan kiat tersebut kita akan melakukan berberapa kesalahan. Itu biasa sebagai proses belajar. Setelah terbiasa melakukan kiat-kita tersebut, Insya Allah akan dirasakan manfaatnya. Aamiin...


Semoga bermanfa'at

Cara seorang guru dalam meningkatkan Kompetensinya


Sedikit diulas bagaimana cara seorang guru dalam meningkatkan kompetensinya serta metode-metode pelatihan guru yang aktif dan kreatif berikut ulasanya :

1. Lakukan kegiatan peningkatan kompetensi dengan banyak cara dan metode
Siapa saja jadi presenternya, asal sesuai topik . Guru belajar lagi itu keharusan dan belajar bisa dari siapa saja yang penting ilmu bertambah. Belajar bisa dari guru senior, guru yunior, murid sendiri, atau dari kepala sekolah. Sekarang pelatihan/peningkatan kompetensi guru bisa dilakukan kapan saja, pulang sekolah 1 jam pun cukup, asal rutin, paling lama adalah 2 minggu sekali. Alternatif pelaksanaan Pelatihan kompetensi guru bisa macam2, dari acara bedah buku, sampai lihat film pendidikan bersama lalu dibahas sebagai diskusi antar professional. Alternatif lain, jika ada teman yang baru studi banding atau menghadiri presentasi bisa diminta presentasi.

2. Singkirkan dulu alasan-alasan, mulai perbanyak sebab kenapa sebagai guru kita mesti belajar lagi
Banyak guru senior menolak untuk belajar, dengan alasan ‘buat apa saya belajar lagi toh saya sudah mau pensiun?’ Naah menurut saya saatnya guru muda tampil beri contoh, dampingi. Jangan salah bukan hanya guru senior, guru yunior pun banyak yang malas, alasannya ‘bikin (menambah) pekerjaan aja’. Guru belajar lagi? pastinya menambah kerjaan, tapi faedahnya, murid senang, guru juga karena murid lebih enjoy saat dia mengajar. Sudah bukan jamannya lagi, guru disuruh atasan (atau cari sertifikat) baru mau belajar. Memang pernah ada suatu masa penataran/seminar/workshop jadi ajang mencari sertifikat, apapun temanya mau nyambung atau tidak dengan bidang si guru akan diikuti sepanjang ada sertifikatnya.

3. Biarkan guru memilih topik pelatihan
Sekarang topik pelatihan guru, bisa di vote, kepala sekolah tanya guru mau pelatihan apa? Gunakan teknologi pakai situs surveymonkey untuk voting. Sebuah topic yang diminati akan banyak mendapatkan pemilih. Tugas kepala sekolah untuk mencarikan pembicara atau orang yang ahli. Bisa dari guru yang berasal dari sekolahnya sendiri, bisa juga dari luar yang berkompeten. Banyak contoh yang membuktikan jika guru diminta memilih topic maka ia akan senang dan semangat mengikuti pelatihan. Sebaliknya model pembinaan guru yang temanya diambil dari yang lagi populer, cuma membuat guru sadar sejenak habis itu lupa

4. Dalam mencari pembicara pelatihan kompetensi guru, jangan silau pada gelar akademis, cari orang yang bisa mengajarkan guru hal yang aplikatif
Saya sering mendengar keluhan dari teman-teman guru yang hadir pada seminar atau pelatihan untuk guru. “Tema seminarnya sih ok, dan pembicaranya pun hebat-hebat dari universitas ternama”, begitu biasanya mereka katakan namun saat saya tanyakan apa yang bisa diterapkan dikelas, rekan saya itu kebingungan. Hal ini sangat wajar karena pembicara yang berasal dari akademisi biasanya berbicara dalam tataran konsep. Sebuah hal yang walaupun diperlukan namun kurang bisa langsung diterapkan oleh guru. Saran saya carilah orang yang bisa mengajarkan pengetahuan dan mengajarkannya secara aplikatif. Dijamin guru akan mengajar dengan cara yang baru karena guru haus akan tips dan trik terbaru dalam mengajar.

5. Gunakan social media sebagai sarana peningkatan kompetensi
Menggunakan sosial media untuk peningkatan kompetensi guru, pasti bisa. Banyak sekali cara meningkatkan diri lewat social media, silahkan bergabung di halaman Facebook organisasi guru, di situ ada banyak diskusi yang mencerahkan soal pendidikan. Di twitter ada obrolan #twitedu dan #gurarutalk yang temanya berganti setiap minggu. Disana banyak pendidik dari seluruh Indonesia berbincang dan berdiskusi. Jika anda sudah punya akun di twitter ikuti orang yang cocok untuk peningkatan kompetensi yang anda butuhkan, coba untuk berinteraksi dijamin mereka akan reply dan dengan senang hati berbagi pengetahuan.


Semoga Manfaat bagi Guru Madrasah

INFO POS UAMBN MTs dan UN SMP/MTs TAHUN 2014


POS UAMBN MTs & MA, POS UN SMP/MTs & SMA/MA Tapel 2013-2014 dan Permendikbud Nomor 97 Tahun 2013 sudah dapat di download filenya secara gratis.

Pada tanggal 16 Januari 2014 Direktur Jendral Pendidikan Islam yang kita sebut Dirjen Pendis menetapkan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor : 171 Tahun 2014 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Tahun Pelajaran 2013/2014.

Dalam Keputusan tersebut Tujuan UAMBN adalah :
UAMBN bertujuan mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik pada akhir  jenjang pada satuan pendidikan, sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan secara nasional.

Adapun mata pelajaran yang diujikan meliputi : Al-Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

Demikian sekilas info yang kami berikan silahkan dipelajari sendiri POS UAMBN dan POS UN Tahun 2014 dibawah ini.
4.  Permendikbud Nomor 97 Tahun 2013 tentang Kelulusan

Madrasah Swasta Tak Update Data EMIS “Haram” dapat Bansos

PENDMA : Direktur Pendidikan Madrasah, Nur Kholis Setiawan, mengatakan bahwa Madrasah Swasta di lingkungan Kementerian Agama wajib meng-update data madrasah melalui sistem aplikasi yang dikelola oleh EMIS.

Hal itu disampaikan Direktur Pendidikan Madrasah pada acara pembinaan kepada 33 Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kabupaten/Kota di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara di Aula Kanwil Kemenag Sumut di sela-sela kunjungannya di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh pada 4-5 Maret 2014.

Dalam arahannya, Direktur Pendidikan Madrasah “mengancam” madrasah yang belum meng-update data EMIS tidak akan dapat mendapat bantuan sarana prasarana dan bantuan lainnya dari Kementerian Agama.

“’Haram’ hukumnya madrasah swasta mendapatkan bantuan sarpras dari kemenag, jika belum mengupdate data EMIS,” jelas Direktur Pendidikan Madrasah mantap.

Lebih lanjut, Direktur Pendidikan Madrasah menjelaskan bahwa langkah ini diambil sebagai bentuk reward and punishment dalam rangka pembenahan sistem pendataan madrasah yang lebih mutakhir, dinamis, dan valid. Dengan demikian, Direktur Pendidikan Madrasah yang juga Guru Besar UIN Sunan Kalijaga tersebut berharap dengan adanya sistem pendataan madrasah yang terintegrasi dan valid akan menghasilkan rumusan kebijakan pengembangan madrasah berbasis data yang kuat (data-based policymaking)

2014/05/05

KEMENAG : "Kita Miskin Data Pendidikan"

PENDIS - "Kita miskin data," demikian dikatakan Menag ketika memberi pengarahan pada Rapat Kerja (Raker) Tahun 2013 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta yang diikuti 278 peserta yang berasal dari Kantor Urusan Agama (KUA), madrasah, dan pejabat struktural Kanwil Kemenag se DKI Jakarta di Bogor, Kamis (25/07) malam.

Untuk itu Menteri Agama Suryadharma Ali meminta seluruh jajarannya untuk segera menyelesaikan problem miskinnya data kelembagaan pendidikan di lingkungan kementerian yang dipimpinnya sehingga upaya peningkatan kualitas bagi penyelenggaraan program pendidikan bisa dimaksimal.

Menag memberikan penekanan secara khusus kepada program penyelenggaraan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Menurutnya, anggaran di Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam (Pendis) demikian besar tetapi belum terkelola dengan baik hingga belum bisa memberi manfaat luas dan menarik perhatian masyarakat, juga media massa.

"Anggaran di Ditjen Pendis mencapai Rp43 triliun. Sementara di ditjen lain, seperti Bimas Islam, sangat kecil," kata Menag.

Karena itu, Menag meminta agar penyelenggaraan pendidikan di Kementerian Agama mendapat perhatian serius. "Data harus lengkap dan akurat, jangan sampai tidak diketahui berapa jumlah ruang kelas siswa yang rusak, madrasah mana yang rusak, dimana lokasinya, sehingga program menjadi tidak tepat sasaran," tegas Menag mengingatkan.

"Selama ini sulit diketahui. Sebabnya, karena kita miskin data," imbuh Menag.

Masalah miskin data ini, lanjut Menag, berlanjut pada mekanisme kerja serabutan dan hanya mementingkan besarnya anggaran. Itu bisa terlihat misalnya, kata Menag, dari kasus bantuan komputer pada madrasah yang tidak mampu mengoperasionalkannya karena terkendala masalah listrik. "Kalau memberi bantuan komputer pada madarasah yang tidak mampu mengoperasikannya, komputer pun disimpan, hanya teronggok di atas meja dipenuhi debu," ungkap Menag.

Ada juga program pengiriman buku kepada madrasah yang tidak memintanya. Ini sangat mencolok. "Kapan gue minta," kata Menag dengan logat Betawi dan disambut tawa hadirin.

Menag sekali lagi meminta agar penyelenggaraan pendidikan mendapat perhatian besar. Sebab, kualitas umat di masa depan tergantung pada pendidikannya. Seluruh warga di Indonesia, termasuk di Jakarta, berhak mendapat pendidikan.

Selain masalah data, Menag meminta agar pemberian bea siswa bagi anak miskin harus dilanjutkan. Demikian pula mengenai tunjangan profesi bagi guru. "Perhatian pemerintah demikian besar, sampai-sampai "kedodoran" utang Rp1,9 triliun, pascasertifikasi guru. Diharapkan dana tersebut sudah terbayar pada 2014.

"Itu di Kemenag, Di Kemendikbud lebih besar lagi, sekitar Rp8 triliun," tutu Menag.

sumberdata : http://emispendis.kemenag.go.id/