Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar Para Siswa MTs Al-Amanah Ciawi, Bogor

Upacara Bendera

Upacara Bendera
Kegiatan Wajib Upacara Bendera Dengan Seragam Putih-putih Yang Dilaksanakan Rutin Setiap Hari Senin.

Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka
Merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki visi, misi, arah, tujuan dan Pembentukan Karakter Melalui Kemampuan Berorganisasi.

2013/08/09

Pemerintah Tetapkan Kamis Besok Hari Raya Idul Fitri 1434 H


Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H jatuh pada hari Kamis, 8 Agustus 2013. Keputusan itu diambil setelah melalui proses sidang Isbat yang berlangsung sekitar dua jam.

"Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirrohim, kami tetapkan bahwa tanggal 1 Syawal 1434 Hijriah adalah bertepatan dengan hari Kamis 8 Agustus 2013," kata Menteri Agama Suryadharma Ali di Gedung Kemenag, Jakarta, Rabu 7 Agustus 2013.

Suryadharma yang memimpin langsung sidang Isbat itu mengatakan kesimpulan itu juga berdasarkan informasi yang pihaknya terima sejak sore tadi. Ia menjelaskan laporan-laporan data hisab yang dihimpun, ijtimak menjelang Syawal terjadi pada hari Rabu 7 Agustus 2013, pukul 16.51 WIB.

"Hari ini, bertepatan dengan 29 Ramadan 1434 Hijriah di seluruh Indonesia posisi hilal 2 sampai dengan 3,8 derajat," ujarnya.

Suryadharma melanjutkan pertimbangan kedua adalah laporan rukyah menyatakan berhasil melihat hilal dan disampaikan kepada panitia sidag Isbat di berbagai wilayah di Indonesia seperti Fak-fak, Papua Barat, Makassar, Gresik, Pantai Alam Indah Jawa Tengah, dan lainnya.

"Dan semua yang rukyah disumpah di tempatnya masing-masing. Oleh karena itu, izinkan saya menyimpulkan tanggal 1 Syawal 1434 Hijriah jatuh pada hari Kamis tanggal 8 Agustus 2013," tuturnya.

Kemenag menggelar sidang Isbat untuk menentukan 1 Syawal dengan mengundang 35 ormas Islam seluruh Indonesia. Hadir dalam sidang antara lain utusan dari negara-negara tetangga seperti Arab Saudi, Palestina, Malaysia dan lainnya.

Namun, salah satu ormas besar Islam Indonesia, Muhammadiyah, tidak hadir. Muhammadiyah sendiri sudah menetapkan 1 Syawal pada Kamis 8 Agustus 2013 jauh-jauh hari sebelumnya. (VivaNews-yas)

2013/05/07

BBM Naik, Pemerintah Akan Naikkan Anggaran Beasiswa


Pemerintah akan menambah anggaran beasiswa untuk siswa miskin di tahun ajaran 2013. Penambahan beasiswa itu akan diberlakukan setelah harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh mengatakan, pemerintah menyiapkan anggaran sekitar Rp 6 triliun untuk beasiswa sekitar 13,5 juta pelajar di tahun 2013 . Data tersebut, kata dia, berasal dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) dan data Kemendikbud.

Nuh menjelaskan, di tingkat SD akan mendapat Rp 450 ribu per anak dari sebelumnya Rp 360 ribu. Tingkat SMP sederajat akan mendapat Rp 750 ribu per anak dari sebelumnya Rp 500 ribu. Adapun tingkat SMA sederajat akan mendapat Rp 1 juta per anak dari sebelumnya Rp 700 ribu.

Nuh menambahkan, kemungkinan akhir Juli 2013 beasiswa bisa dicairkan dengan Kartu Perlindungan Sosial. Penerima beasiswa dapat mencarikan beasiswa di kantor pos. Pihak kantor pos bisa juga mendatangi sekolah dan menyerahkan langsung kepada anak.

"Uang itu langsung ke anak. Dulu pernah sekolah yang ambil, tapi dipotong untuk sedekah," kata Nuh di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa ( 18/6/2013 ).

Namun, lanjut Nuh, pencarian akhir Juli nanti baru bisa untuk penerima beasiswa yang sudah terdata. Khusus untuk siswa kelas 1 SD belum bisa menerima lantaran masih perlu didata siapa saja yang berhak menerima. Pendataan akan dilakukan ketika tahun ajaran baru dimulai.

"Untuk data siswa kelas 1 SD baru diketahui pertengahan Juli. Jadi kemungkinan minggu pertama atau ke dua Agustus baru bisa dicaikan untuk kelas 1," pungkas Nuh.

Kurikulum 2013 dapat dipantau secara ONLINE

Pemerintah mulai menerapkan implementasi Kurikulum 2013 mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 pada 15 Juli mendatang. Masyarakat yang ingin memantau implementasi pelaksanaan kurikulum dapat mengaksesnya secara online melalui laman kurikulum.kemdikbud.go.id.
"Informasi mengenai perkembangan kurikulum bisa dilihat di Sistem Elektronik Pemantauan Implementasi Kurikulum (SEPIK) 2013,” kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim di Kemdikbud, Jakarta, Rabu, (5/6).

Musliar menyampaikan, untuk pengadan tender buku Kurikulum 2013 telah selesai dilaksanakan dan pemenangnya sudah diumumkan. "Insya Allah kalau DIPA sudah disetujui atau keluar dari Kemkeu akan segera dilakukan kontrak dengan pemenang tender,” katanya.

Musliar menyebutkan, sasaran implementasi Kurikulum 2013 sebanyak 6.325 sekolah untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK di 295 kabupaten/kota di 33 provinsi. Sementara anggaran implementasi Kurikulum 2013 sebanyak Rp 829 miliar.

Adapun kriteria sekolah sasaran yang akan melaksanakan Kurikulum 2013 ini harus memenuhi kesiapan sekolah, yang ditandai dengan akreditasinya dan sekolah eks RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional). "Diutamakan sekolah akreditasi A, tetapi untuk menjangkau dan proporsional diambil akreditasi B,” kata Wamendikbud.

Menurut Musliar, pelatihan guru yang akan mengajarkan Kurikulum Baru ini dilakukan secara bertingkat mulai dari melatih instruktur nasional, guru inti, dan guru sasaran. Pelatihan untuk guru sasaran, akan dilakukan saat liburan sekolah supaya tidak mengganggu aktivitas sekolah. "Untuk instruktur nasional dilakukan 24 Juni," ujar Wamendikbud.

Adapun PTK sasaran yang dilatih total sebanyak 74.289 orang meliputi instruktur nasional sebanyak 572, guru inti 4.740, pengawas inti 565, dan guru sasaran 55.762. Kemudian untuk pengawas sasaran 6.325 dan kepala sekolah sasaran 6.325.

Ketua Unit Implementasi Kurikulum Pusat Tjipto Sumadi menyampaikan, SEPIK diluncurkan untuk melakukan pemantauan terhadap implementasi kurikulum yang meliputi distribusi buku, pelaksanaan pelatihan dari instruktur nasional, kepala sekolah, pengawas sekolah, guru inti hingga guru sasaran. "SEPIK menyediakan fitur-fitur yang diperlukan bagi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) untuk mengakses lebih jauh pelaksanaan pelatihan,” katanya.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Ramon Mohandas menyampaikan, implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan terbatas dan bukan piloting. Dia menyebutkan, pada jenjang SD/MI diterapkan di sebanyak 2.598 sekolah untuk kelas 1 dan 4, sedangkan pada jenjang SMP/MTs 1.436 sekolah untuk kelas 7. Sementara pada jenjang SMA/MA di 1.270 sekolah dan SMK di 1.021 sekolah untuk kelas 10.

Pada tahun depan, selain diterapkan pada kelas 1,4,7, dan 10 juga ditambah kelas 2,5,8, dan 11. "Tahun ketiga terimplementasi di semua jenjang,” katanya.
(Humas Kemdikbud/ES)

Guru Belum Siap Terapkan Kurikulum 2013

RAPAT Kerja Komisi X DPR bidang pendidikan menandai akhir dari penolakan penerapan kurikulum 2013, Senin (27/5). Dalam rapat yang dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh, mayoritas fraksi di DPR menyetujui kurikulum baru itu dilaksanakan tahun ini.


Meski ditolak banyak pihak, baik dari orang tua siswa, guru, praktisi pendidikan hingga para pakar, namun DPR menyepakati nomenklatur anggaran Kurikulum 2013 terbaru yang diajukan pemerintah senilai Rp 829 miliar. Kurikulum yang dianggap hanya sebatas kepentingan proyek ini akan diterapkan 15 Juli 2013 mendatang pada tahun ajaran baru 2013/2014.



Tahap awal, kurikulum baru akan diterapkan di 6.400 sekolah atau 3 persen dari total sekolah yang ada di Indonesia. Namun, penerapan ini melenceng dari target semula yang mencapai 132.000 sekolah atau 30 persen.


Dari sisi penerapan kurikulum saja, Kemendikbud sudah dianggap tidak matang melakukan perencanaan. Belum lagi menyentuh pada subtansi materi model tematik integratif sebagai jawaban atas krisis akhlak dan karakter bangsa, termasuk kemampuan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum 2013.


Apa sebetulnya alasan dari penolakan kurikulum baru ini? Dan bagaimana Mendikbud Muhammad Nuh menyikapinya dengan bijak? Berikut petikan wawancara wartawan JPNN, M Fathra Nazrul Islam dengan Asep Sapa’at, praktisi pendidikan yang juga Direktur Sekolah Guru Indonesia, Rabu (29/5).


Sudah baca dokumen kurikulum 2013?

Sudah

Penting tidak perubahan kurikulum dilakukan saat ini?

Kurikulum adalah salah satu elemen penentu kualitas pendidikan. Guru yang justru menjadi faktor penentu utama kualitas pendidikan, tak diperhatikan. Belum lagi bicara soal infrastruktur dan kebijakan yang terkesan belum mampu mencerdaskan anak bangsa.



Mendikbud M Nuh yakin, Kurikulum 2013 menjadi jawaban atas krisis akhlak dan karakter bangsa. Menurut Anda?


Kegagalan sistem pendidikan kita baru bicara soal teori, siswa baru tahu ilmu tentang karakter, tapi tak mampu praktikkan karakter. Siswa tak punya waktu untuk terbiasa berperilaku baik dan khilangan figur yang layak diteladani. Simak kasus UN, banyak oknum pengawas-guru-pejabat membiarkan bahkan kondisikan siswa mencontek supaya bisa dikatakan kompeten.


Kata Mendikbud, kurikulum 2013 adalah cara supaya siswa bisa kompeten mengadapi persaingan global. Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Betulkah siswa Indonesia kompeten?


Hafidh Abbas menulis 'Kecenderungan Berbahaya Pendidikan Nasional'. Pertama, Gagal memberi hak paten di seluruh PT (Perguruan Tinggi). Sepanjang tahun 1985-2007, hanya 419 paten dari 4000 PT di Indonesia.


Bandingkan dengan Singapura, 5 PTN dan beberapa swasta, melahirkan 10000 paten. Kedua, Gagal melahirkan anak jujur dan akhlak baik, Indonesia negara paling korup. Ketiga, Gagal meningkatkan kualitas anak bangsa. Simak data UNDP. Keempat, Gagal berperan sebagai kohesi sosial, DPR kisruh, kampus kisruh, dan sebagainya.


Jadi, kurikulum tak terlalu penting diubah saat ini?

Pemerataan akses pendidikan, perbaikan sistem pembinaan guru, dan peningkatan kualitas pendidikan, hal utama yang mesti dibenahi.


Bagaimana Anda melihat perubahan kurikulum pendidikan secara substansi dari KTSP (Kurikulum tingkat satuan pendidikan) ke kurikulum 2013?


Yang berubah dari KTSP ke Kur 2013 terletak pada 4 standar, (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar penilaian.


Standar kompetensi lulusan, adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills & hard skills yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, pengetahuan. Tak ada kebaruan secara substansi, hasil belajar itu memang untuk memberdayakan potensi pengetahuan, sikap, keterampilan secara komprehensif. Nyaris tak ada perubahan scara berarti (antara KTSP dengan kurikulum 2013).


Standar isi, jumlah mata pelajaran ada yang dikurangi dan diintegrasikan, tapi jumlah jam pelajaran bertambah. Terlalu banyak jumlah mata pelajaran jelas berbahaya. Einstein bilang, 'Mengajar anak hanya menghafal pelajaran, tak beda dengan melatih seekor anjing. Terlalu banyak menjejalkan mata pelajaran itu berbahaya. Anak jadi berpikir dangkal. Mereka tak akan jadi Independent Critical Thinker (New York Times, 5 Oktober 1952).


Standar proses, semula terfokus pada Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Belajar tak hanya di kelas, tapi di sekolah dan masyarakat. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tak diajarkan secara verbal, tapi melalui contoh dan teladan. Ini baru sebatas teori, praktik kerja guru di lapangan tak pernah dievaluasi, sehingga guru merasa tak perlu bersungguh-sungguh bersikap kreatif dalam melakukan proses pembelajaran.


Kurikulum 2013 berbasis saintifik, model pembelajaran tematik integratif. Sejumlah praktisi bilang model ini bagus. Menurut Anda?


Tak ada satu pun model pembelajaran terbaik untuk guru-guru. Yang terbaik, yang tepat ditampilkan di tempat yang tepat dan situasi yang tepat. Tak ada satu pun strategi mengajar yang terbaik. Semua tergantung pada situasi dan waktu yang tepat untuk dipraktikkan guru. Sedahsyat apa pun kurikulum berbasis saintifik dengan model tematik integratif, jika tak dipahami dan tak bisa diterjemahkan guru dalam praktik pembelajaran, semua hanya isap jempol. Murid ling lung produknya, bukan murid kompeten, hehe (tertawa).


Konsekuensi kurikulum baru yang mendasar ada pada guru. Apa menurut Anda guru-guru siap mengubah cara mengajarnya?


Hasil survei salah satu media nasional, guru SD dan SMP belum memiliki pemahaman tentang kurikulum 2013. Kelompok guru senior, masa mengajar di atas 24 tahun, hanya 22 persen yang paham kurikulum 2013. Kelompok guru muda, masa mengajar di bawah 8 tahun, 41 persen paham kurikulum 2013. Semakin lama masa kerja guru, tingkat pengetahuan kurikulum semakin rendah. Jika pengetahuan tentang kurikulum rendah, maka guru yang bersangkutan akan bingung bagaimana menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran.


Pemerintah hanya menyiapkan waktu pelatihan 52 jam untuk guru dan 70 jam untuk Kepsek agar menguasai materi ajar sesuai kurikulum 2013. Apa itu cukup?


Sangat tidak cukup. Pelatihan hanya salah satu cara meningkatkan kualitas kompetensi guru. Yang paling krusial adalah proses coaching di saat guru praktik mengajar. Kelemahan guru bisa tampak dan bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melakukan tindak perbaikan.


Sayang, coaching guru yang sistematis, konsisten, dan berkelanjutan tak dijadikan opsi terbaik untuk membina guru. Pelatihan tanpa proses tindak lanjut hasil di kelas, guru hanya sekadar tahu tapi tak paham apalagi mampu mengembangkan ilmu untuk melayani kebutuhan belajar siswa.


Beberapa guru menilai kurikulum 2013 mengkebiri kreativitas mereka karena semua sudah disiapkan. Berbeda dengan KTSP yang memberi ruang kreatifitas pada guru menyiapkan silabus. Apa Anda sependapat?

Dalam kurun waktu 40 tahun, perubahan kurikulum kita bersifat luas. Sifatnya top down dan mengubah struktur-materi pelajaran. Dampaknya langsung dirasakan murid, sekolah, orangtua, stakeholders pendidikan lain. Guru tak pernah diberi ruang untuk berkreasi, bahkan sekadar menyampaikan ide masukan perbaikan kurikulum. Kalau guru selaku eksekutor kurikulum di kelas tak didengarkan masukannya, eh apa kata dunia.

Kurikulum 2013 akan diterapkan di sekolah eks RSBI, Sekolah Standar Nasional dan Terakreditasi A. Artinya gurunya berkualitas, fasilitasnya lengkap dan tingkat keberhasilannya besar. Bukankah sebaiknya diterapkan secara reliabel di semua perwakilan sekolah. Ya sekolah unggul, sekolah reguler, sekolah tertinggal, maupun sekolah pelosok, sehingga bisa diukur tingkat keberhasilannya.

Ini cara pemerintah untuk bermain 'aman'. Nanti mereka bisa bilang, tuh kan berhasil Kurikulum 2013. Ya iya lah, sistem di sekolah project sadah mapan, kualitas kurikulum 2013 jelas-jelas tak bisa diuji kualitasnya. Kurikulum 2013 dikatakan berhasil jika membangun pola kerja yang berorientasi 'best process'. Artinya, Kurikulum 2013 cukup adaptif diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia.


Kalau dikaji secara mendalam. Apa sih masalah dunia pendidikan kita, kurikulumnya, gurunya, atau apa?


Pertama, kekeliruan dahsyat Kemendikbud, Pendidikan berbasis Kompetensi, kecerdasan jadi segalanya. Padahal, Indonesia runtuh karena orang-orang cerdas yang tak punya perilaku baik.

Kedua, sekolah dan fasilitas dihebat-hebatkan, tapi profesi guru masa depannya suram. Kewibawaannya diobrak-abrik. Tak pernah dibina secara serius agar menjadi profesional sejati.

Ketiga kurikulum 2013, kurikulum pendidikan karakter disusun tanpa karakter (bersifat proyek dan korup), apa jadinya?

Keempat, sistem pendidikan tak mampu lahirkan anak yang cerdas bernalar, berbudi pekerti mulia, survive menghadapi kehidupan.


Jadi apa kesimpulan Anda tentang kurikulum 2013 ala Muhammad Nuh ini dan apa yang mestinya dilakukan pemerintah agar tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan anak bangsa bisa terwujud?


Kurikulum 2013 diprediksi takkan mampu lahirkan lulusan yang kompeten dan berkarakter, jika pertama, berorientasi proyek dan ada praktik korupsi di dalamnya. Kedua pembinaan guru tak berjalan konsisten dan berkelanjutan. Ketiga, kurikulum dijadikan tujuan, bukan alat untuk perbaikan kualitas pendidikan.


Keeempat, kurikulum tak sungguh-sungguh diimplementasikan. Tak ada evaluasi komprehensif untuk mengawal proses berlangsungnya perubahan kurikulum dari masa ke masa. Kelima, standar nasional pendidikan belum merata di seluruh wilayah Indonesia.


Lalu apa yang harus dilakukan?

Praktikkan Pendidikan Kompetensi berbasis Karakter. Karakter jadi fondasi pengembangan kompetensi murid. Berharap hadir guru berkualitas, apa jadinya guru dianggap seperti buruh. Jaga kewibawaan profesi guru. Kebijakan yang pro-guru bisa membantu guru menjadikan dirinya sebagai profesional sejati.

SBY : Pilih Presiden yang Sayang Guru


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan Indonesia saat ini menghadapi tiga tantangan yang semuanya berkaitan dengan dunia pendidikan, yakni kemiskinan, kebelumcerdasan, dan keterbelakangan peradaban. Ia berharap presiden berikutnya meneruskan kebijakan yang pro-guru.


"Kalau milih presiden nanti, pastikan yang sayang guru," ujar SBY ketika membuka Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kongres Guru Indonesia 2013 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu, 3 Juli 2013.

Ia meminta PGRI dan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan agar bersinergi dengan pemerintah untuk memerangi tiga tantangan itu. Presiden berharap kongres yang diadakan hari ini bisa merumuskan program lima tahun ke depan. "Menyusun apa yang bisa dikerjasamakan dan disinergikan dengan pemerintah," kata dia.

Meski begitu, dia berharap agar para guru tetap bisa meningkatkan kinerja dan kualitas masing-masing. Sebab, upaya itu bakal sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru.

Menurut SBY, jika semua elemen bekerja sangat keras, niscaya berbagai tantangan itu bisa diatasi. "Dengan izin Allah, 20-30 tahun mendatang, Indonesia yang kita cintai ini akan jauh lebih maju dan lebih sejahtera, dengan peradaban yang lebih unggul."

Kemenag RI Minta Pemda/Pemkot Bantu Madrasah


Menteri Agama Suryadharma Ali, meminta pemerintah daerah/kota turut serta membantu mengembangkan madrasah dan lembaga pendidikan agama. Ini menyusul tantangan besar yang menghadang madrasah. Terutama dari segi pembiayaan dan peningkatan kualitas.
“Jangan haramkan APBD untuk lembaga pendidikan agama,”katanya saat peresmian dan pelatakan batu pertama Gedung MTs Nurul Ikhlas Legok Widara Drangong Taktakan Serang, Banten, Senin (11/6).

Hadir dalam peresmian sekaligus peletakkan batu pertama itu, Direktur Madrasah Kemenag, Dedi Djubaedi, Walikota Serang Tubagus Haerul Jaman, dan delegasi Pemda Banten. Tak ketinggalan, para tokoh agama dan masyarakat.

Status swasta yang dimiliki madrasah, sambung Menag, menjadikan lembaga ini murni di bawah manajerial pimpinan, biasanya kiai. Jika tidak didukung kemampuan berkomunikasi dan finansial, rasanya berat madrasah tertentu berkembang. “Ini tantangan kita semua,” katanya.

Apalagi kata Menag, alokasi APBN kini cukup besar untuk pendidikan, yakni 20 persen. Penting memperhatikan pula madrasah dan tidak menomorduakan lembaga itu. Perhatian instansi terkait ini penting agar para putra bangsa menikmati bangku sekolah. Menag meminta pula agar kesejahteraan guru diperhatikan. Dia menyampaikan rasa prihatin ternyata masih ada guru berhonor Rp 600 ribu, pertahun. “Itupun dibayar berbarengan dengan THR hari raya,” ungkapnya.

Menag pun mengingatkan jajarannya, agar jajarannya turun ke bawah. Ini penting untuk melihat realita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dia tak ingin fenomena menyedihkan dunia pendidikan terus terulang. Dia menyebut peristiwa ambruknya madrasah di Lebak, Banten dulu terulang dan kisah Fatimah, gadis kecil asal Cirebon yang putus sekolah lalu bekerja sebagai pemecah batu dengan upah Rp. 6000 perhari.

Dia berkeyakinan, mestinya kenaikan pendapatan negara itu akan menambah besaran alokasi pendidikan dari 20 persen tersebut. Artinya, seyogianya tak ada lagi sekolah ambruk ataupun siswa yang tak bersekolah. “Pasti ada yang salah dari birokrasi, turunlah ke bawah,”pintanya. Acara ditutup dengan peletakkan batu pertama dan pementasan kesenian khas Banten, Debus.

Permasalahan Penerbitan NRG dari Kemendikbud

Kementerian Agama terus berbenah. Agar pengelolaan bantuan madrasah lebih efektif, efisien, dan akuntable, Direktorat Pendidikan Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI membangun pengelolaan bantuan berbasis teknologi informasi.

Sehubungan itu, Dit. Pendidikan Madrasah menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Regulasi Pengelolaan Bantuan Madrasah. Mengawali kegiatan ini, Irjen Kementerian Agama, M. Jasin, yang diundang sebagai narasumber memberikan arahan terkait hasil Pengawasan dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Islam Kementerian Agama Tahun 2012.

Menurutnya, di antara hasil audit bidang pendidikan, Itjen menemukan bahwa permasalahan yang muncul terkait penerbitan Nomor Registrasi Guru berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Permasalahan penerbitan Nomor Registrasi Guru (NRG) dari Kemendikbud,” papar Jasin ketika menjadi narasumber kegiatan Sosialisasi dan Regulasi Pengelolaan Bantuan Madrasah, Makassar, Selasa (11/06) .

Sebagaimana diketahui, guru yang sudah lulus sertifikasi berhak mendapatkan tunjangan profesi jika memenuhi persyaratan, antara lain: memiliki Nomor Registrasi Guru (NRG) yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sesuai dengan PMK Nomor 164/2010).

Menurut Kasubdit Ketenagaan Pendidikan Madrasah, Ahmad Syafi’i, penerbitanNRG yang menjadi salah satu syarat pembayaran tunjangan profesi pada praktiknya sering terkendala. “Penerbitan NRG sering melewati tahun berlangsungnya sertifikasi,” terang Syafi’i.

Selain itu, lanjut Syafi’i, guru di lingkungan Kementerian Agama belum bisa mengakses aplikasi sertifikasi guru (ASG) yang berbasis pada nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK) secara on line yang dikelola oleh Kemendikbud. “Hal ini berakibat waktu yang dibutuhkan untuk penerbitan NRG menjadi lebih lama,” ujar Syafi’i.

Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Agama telah melakukan kerja sama teknis dengan Kemendikbud agar penerbitan NRG dapat dilakukan lebih cepat dan guru di lingkungan Kementerian Agama diberi akses terhadap aplikasi sertifikasi guru (ASG).


sumber : kemenag.go.id